[Courage is a magic thats make dreams com reality] [words are sword. if we use it wrong, it'll become a deadly weapon] [the strongest is not the winner, but the winner is the strongest]

Friday, October 25, 2013

Makalah PBL blok 1 modul 2- Komunikasi dan empati

note: makalah ini belum memakai sistim tinjauan pustaka dan vancouver


KOMUNIKASI DAN EMPATI


 

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
             Kemajuan teknologi sekarang ini berkembang semakin pesat, salah satunya merupakan perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran. Dalam ilmu kedokteran, terdapat kemampuan – kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh para dokter. Seorang dokter harus dapat berhadapan, dan berkomunikasi dengan baik kepada pasien. Selain dari kemampuan berkomunikasi, seorang dokter juga harus dapat membangun rasa empati terhadap pasien yang sedang ditangani.
Penguasaan dan penerapan komunikasi dan empati harus dikuasai oleh seorang dokter, karena kedua hal tersebut salah satu kemampuan dasar untuk menentukan tindakan yang harus diambil seorang dokter kepada pasien jika menghadapi suatu kasus.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah sesuai dengan kasus adalah bagaimana seorang dokter menerapkan cara berkomunikasi dengan pasien dan juga menerapkan rasa empati dalam berhubungan dengan pasien.

1.3  Tujuan penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA dapat memahami mengenai Komunikasi dan empati serta dapat menerapkannya, baik dalam menangani pasien maupun kepada masyarakat sekitar.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Komunikasi
Sejak awal perkembangan, para ahli dari berbagai disiplin ilmu telah turut memberikan sumbangan yang besar terhadap ilmu komunikasi. Menurut Fisher (1986) ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat elektif. Sifat elektif ilmu komunikasi digambarkan oleh Wilbur  Schramm (1963) sebgai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya. Athena du Pre (2005) mengamati bahwa komunikasi sangatlah penting dalam proses penyembuhan pasien, dalam kemampuan untuk menahan rasa sakit, dalam pengelolaan stress, dan dalam memastikan bahwa para pasien benar – benar mengikuti nasihat – nasihat medis yang diberikan.

1.      Pengertian Komunikasi
1.1  Menurut Berger dan Chaffe (1983) “Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect.” Definisi ini dapat diartikan Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai suatu produksi, pemrosesan dan efek dari symbol serta system signal, dengan mengembangkan pengujian teori – teori menurut hokum generalisasi guna mejelaskan fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya.
1.2  Menurut Ruesch (1957) komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian – bagian terasing di dunia ini
1.3  Menurut Miller (1966) komunikasi adalah situasi dimana sumber memberikan pesan kepada penerima dengan secara sadar bertujuan mempengaruhi perlakuan penerima.
1.4  Menurut Gode (1959) komunikasi sebagai proses mewujudkan persamaan diantara dua orang.
1.5  Menurut Hoben (1954) komunikasi adalah pertukaran secara verbal suatu idea atau pandangan.
1.6  Menurut Berelson dan Steiner (1964) komunikasi adalah proses
1.7  Menurut Forsdale (1981) “communication is the process by which a system is established, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
1.8  Menurut Devito (1997) komunikasi terjadi diantara dua orang yang memiliki hubungan mapan


2.      Jenis Komunikasi
2.1  Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan kata-kata maupun berupa tulisan.
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
2.1.1        Vocabulary 
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
2.1.2        Speed
Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
2.1.3        Intonasi suara
Akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
2.1.4        Humor
Dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
2.1.5        Singkat dan jelas
Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
2.1.6        Timing
Berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.

2.2 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
2.2.1        Ekspresi wajah  
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
2.2.2        Kontak mata
Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
2.2.3       Sentuhan 
Bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
2.2.4    Postur tubuh dan gaya berjalan
Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
2.2.5       Sound (Suara)
Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan  perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat menjadi pesan yang sangat  jelas.
2.2.6       Gerak isyarat
Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress

Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti yang diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya :
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
3.2  Nilai – Nilai
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengacmati pesan.
3.3  Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.
3.4  Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
3.5  Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi ini adalah: 6
3.5.1        Faktor ekoligis (iklim atau kondisi alam)
3.5.2        Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang).
3.5.3        Faktor temporal, misal keadaan emosi.
3.5.4        Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara.
3.5.5        Teknologi.
3.5.6        Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu.
3.5.7        Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya.
3.5.8        Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

4.      Hambatan Komunikasi
4.1  Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
4.2  Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
4.3  Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4.4  Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
4.5  Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
4.6  Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.

4.7  Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
4.8  Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi berupa perilaku atau sikap yang dilakukan saat berkomunikasi dapat menjadi hambatan komunikasi.
4.9  Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan.


B.     EMPATI
1.      Pengertian Empati
Empati mempunyai hubungan dengan komunikasi, karena empati dapat dibangun dari komunikasi yang efektif. 
Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain (KBBI:2002)
Empati merupakan tindakan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya, maka dari itu dasar empati adalah kasih sayang yang bersifat tanpa pamrih terhadap sesama manusia

2.      Tingkat Empati
Terdapat 6 tingkat dalam melakukan tindakan empati terhadap pasien, antara lain :

Level 0 : dokter menolak sudut pandang pasien
Level 1 : dokter mengenal secara sambil lalu
Level 2 : dokter mengenal sudut pandang pasien secara implisit
Level 3 : dokter menghargai pendapat pasien
Level 4 : dokter mengkonfirmasi kepada pasien
Level 5 : dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien



BAB III
PEMBAHASAN

1.      Skenario
Seorang ibu sedang kebingungan di depan kamar operasi karena anaknya sedang menjalani operasi karena kecelakaan lalu lintas. Saat si dokter bedah keluar, si ibu bergegas menghampirinya dan bertanya tentang keadaan anaknya. Si dokter bedah menerangkan tentang operasi yang dijalani dengan bahasa kedokteran yang tidak dimengerti si ibu.

2.      Komunikasi  
Sesuai dengan scenario dan penjelasan terhadap aspek serta penghambat dalam berkomunikasi, dapat diketahui bahwa si dokter bedah dan ibu pasien sedang melakukan komunikasi verbal, atau dengan kata – kata. Pada komunikasi verbal, terdapat aspek – aspek yang ada, dan salah satunya adalah Vocabulary atau pengolahan kata – kata yang akan dipakai saat berkomunikasi. Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
Dan juga pada berkomunikasi, terdapat beberapa factor yang dapat menghambat terjadinya penyampaian informasi dari pengirim ke penerima dan sebaliknya. Jika disesuaikan dengan skenario, maka penghambat komunikasinya adalah

·         Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.

·         Pendidikan (Education)
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.

Secara keseluruhan, berdasarkan teori maka si dokter bedah ini sebenarnya dapat menjelaskan dengan bahasa umum yang dapat dimengerti si ibu pasien. tetapi dokter tersebut memunculkan hambatan – hambatan pada berkomunikasi, yaitu karena factor bahasa dan juga karena factor pendidikan.
Pada hambatan pertama, dapat dilihat bahwa dokter tersebut menggunakan bahasa yang berbeda. Perbedaan bahasa akan menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif dan dapat cenderung menjadi komunikasi satu arah.
Factor kedua yaitu pendidikan si dokter bedah. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin kompleks sudut pandang seseorang. Dapat diasumsikan, si dokter bedah beranggapan bahwa ibu pasien tersebut juga dapat mengerti apa yang dibicarakan si dokter, maka dari itu si dokter bedah menjelaskannya dengan bahasa kedokteran.

3.      Empati
Empati merupakan upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Empati dapat dibentuk jika adanya komunikasi yang efektif.
Pada kasus ini, si dokter bedah menunjukan sikap empatinya melalui tindakan dia untuk menjawab pertanyaan ibu pasien. Tetapi empati tersebut tidak sepenuhnya dilakukan oleh si dokter karena dokter tersebut tidak memperdulikan si ibu pasien yang tidak mengerti dengan penjelasan si dokter bedah. Jadi dapat dilihat bahwa sudah tercipta komunikasi dan tetapi tidak ada rasa saling pengertian yang baik dari dokter kepada si ibu pasiennya.


BAB IV
PENUTUP

1.      Kesimpulan
  Dari hasil pembahasan skenario E, tindakan yang ditunjukan dokter bedah tersebut kepada ibu pasien, disebabkan oleh karena ketidakmampuan sang dokter dalam berkomunikasi secara efektif dan juga menunjukkan rasa empatinya.
Dapat disimpulkan bahwa sudah tercipta komunikasi dua arah antara dokter dan ibu pasien, meskipun tidak efektif. Dan dalam berempati, dokter tersebut tidak menunjukkan rasa empati yang menyeluruh karena tidak ada rasa saling pengertian yang baik dari dokter kepada si ibu pasiennya.

2.      Saran
Yang harus dilakukan dokter bedah terhadap ibu pasiennya adalah menciptakan suasana komunikasi yang efektif dengan cara mengerti bahwa ibu pasien tersebut tidak mengerti apa yang dijelaskan si dokter bedah baik melalui isyarat, gerak gerik maupun raut wajah. Dengan adanya komunikasi efektif maka dapat tercipta empati.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Andri, Dan H, dkk. Komunikasi dan Empati. Bahan kuliah. Jakarta : FK UKRIDA ; 2013
2.      LIPI. 2007. Komunika. Jakarta:LIPI
3.      Prigunanto, Ilham. 2004. Praktik Ilmu Komunikasi. Jakarta: Teraju
4.      Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. 2002
5.      Wade, C. Tavris. Psikologi . Ed. 2. Jakarta: Erlangga. 2008. hal. 194-204.
6.      West, Richard., Lynn HT. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Ed.3. Jakarta : Salemba Humanika.
7.      Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. Hal 2 – 7.
8.      Wok, Saodah., Narimah Ismail, M. Yusuf Husain. 2003. Teori – Teori Komunikasi. Kuala Lumpur : Zafar Sdn. Bhd. Hal 5 – 7.


like this post? comment please ^^. press ctrl + c to copy~

0 comments:

Post a Comment

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

this widget by www.AllBlogTools.com